Defenisi
Lepra
atau kusta dikenal juga sebagai Morbus Hansen, sesuai dengan nama sang penemu.
Kusta adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi Mycobacterium leprae. Kusta dapat
menyerang berbagai bagian tubuh seperti saraf dan kulit.1,2
Epidemiologi
Jumlah
kasus baru lepra di dunia pada tahun 2015 diperkirakan 210.758. Regional Asia Tenggara
menyumbang kasus baru lepra terbanyak (156.118). Penemuan kasus baru di Indonesia
selama tahun 2006-2015 dperkirakan 17.202 kasus.3
Gambaran Klinis
Mycobacterium leprae merupakan
organisme gram positif dan bersifat tahan asam.2,1 Penyakit ini
menular melalui kontak langsung dengan penderita secara intens dan
berulang-ulang.2 Masa inkubasi biasanya 3-5 tahun.2 Setelah
5 tahun mulai tampak gejala bercak putih di kulit, kemerahan, bagian anggota
tubuh mati rasa hingga tidak berfungsi.1
Gambar tangan penderita kusta.4
Pemeriksaan Patologi Anatomi
Mikroskopis
Gambar spectrum Lepra.5
Tipe
histopatologis Lepra berdasarkan klasifikasi Ridley-Jopling pada panel atas.
Infiltrat granulomatosa epiteloid dengan struktur masih sangat baik terlihat
pada lesi polar tuberculoid (TT), semakin tidak terorganisir dalam setiap skala
peningkatan secara berturut-turut — borderline
tuberculoid (BT), mid-borderline (BB), dan borderline lepromatous (BL) —sampai menjadi
sepenuhnya agregat tidak teratur, histiosit berbusa, dengan hanya limfosit pada
sesetempat, pada lesi polar lepromatous (LL). Pencarian lebih dari 50 lapangan
pandang pada panel bawah diperlukan untuk menemukan hanya dua organisme pada
saraf kulit sampel TT. Lebih sulit lagi ditemukan
pada lesi BT. (HE, 1000 ×)5
Tuberculoid
leprosy: histiosit epiteloid mengelilingi saraf kulit; Sel Langerhans dapat
terlihat tetapi tanpa nekrosis; dapat menyerang otot pilorum arrectores; basil
biasanya jarang dijumpai. Lepromatous leprosy: makrofag (sel-sel Virchow,
lepra) ditemukan terbatas di dermis, dengan sedikit / tidak ada limfosit;
makrofag memanjang dengan kelompok besar basil leprosy (globi); bakteri dijumpai
dalam jumlah besar di saraf kulit dan di endotelium pembuluh kecil dan besar;
dapat menyerang otot pilorum arrectores; mungkin memiliki nodul subkutan
(eritema nodosum leprorum). Borderline leprosy: fibrosis perineural lamelar atau
pola kulit bawang; respons granulomatosa lebih terbatas, lebih banyak limfosit
dan hubungan yang lebih dekat dengan saraf. Intermediate leprosy: infiltrat
limfohistiositik pada dermis dalam dan superfisial; peningkatan sel mast. Histiocytoid
leprosy: proliferasi sel spindle dengan pola storiform yang menyerupai fibrous histiocytoma.2
Pengobatan
Pengobatan
kepada penderita kusta adalah salah satu upaya pemutusan mata rantai penularan
yang dapat dilakukan melalui pengobatan Multi Drug Therapy (MDT; kombinasi
Rifampisin, Clofazimin dan Dapson) dan vaksinasi BCG. Tujuan pengobatan MDT adalah:
memutuskan mata rantai penularan, mencegah resistensi obat, memperpendek masa
pengobatan.1
Daftar Pustaka
1. Kementerian
Kesehatan RI, 2018. Hapuskan Stigma dan Diskriminasi Terhadap Kusta. Infodatin.
2. Hamodat
M, 2019. Leprosy. Available at: http://www.pathologyoutlines.com/topic/skinnontumorleprosy.html
3. World
Health Organization, 2016. Weekly Epidemiological Record. No. 35, 2016, 91,
405-420.
4. Wikimedia
Commons, 2013. File:Leprosy deformities hands.jpg. Available at: https://commons.wikimedia.org/wiki/File:Leprosy_deformities_hands.jpg
5. Scollard DM.
Pathogenesis and Pathology of Leprosy. Available at: https://internationaltextbookofleprosy.org/chapter/pathology
No comments:
Post a Comment