Thursday, October 17, 2019

Rabies

Pendahuluan
Rabies merupakan penyakit zoonosis  disebabka ninfeksi  virus rabies yang dapat menyerang semua hewan berdarah panas dan manusia.1,2 Biasanya menular ke manusia akibat gigtan hewan melalui saliva.2,3  Virus rabies tidak bisa menyusup/melewati kulit dalam kondsi utuh (tanpa luka).1 Penyakit rabies endemik di semua benua, kecuali antartika. Namun 95% kasus rabies dilaporkan dari benua Asia dan Afrika. Setiap tahun lebih dari 29 juta orang di seluruh dunia mendapat vaksinasi setelah tergigit.3 Lebih kurang 60 ribu orang meninggal akibat rabies di dunia setiap tahunnya.2 Di Indonesia sebanyak 86 orang meninggal karena rabies pada tahun 2016.1

Tanda dan Gejala
Masa inkubasi untuk rabies biasanya 2-3 bulan tetapi dapat bervariasi dari 1 minggu hingga 1 tahun, tergantung pada faktor-faktor seperti lokasi masuknya virus dan kemampuan virus menginfeksi. Gejala awal rabies termasuk demam dengan rasa sakit dan kesemutan yang tidak biasa atau tidak jelas, menusuk, atau sensasi terbakar (paraesthesia) di lokasi luka.3 Apabila sampai ke otak akan menyebabkan penyakit saraf akut yang ditandai dengan hiperaktif, perilaku yang tidak menyenangkan, halusinasi, hidrofobia (takut air) dan kadang-kadang aerofobia (takut angin atau udara segar). Kematian terjadi setelah beberapa hari karena henti jantung-pernapasan.2,3

Pemeriksaan Patologi Anatomi
Makroskopis
Pada banyak kasus, pada pemotongan jaringan otak dan sum-sum tulang dalam batas normal.2

Gambar Pemotongan dan lesi histopatologis pada rabies. (A) Tampak bendungan pembuluh darah di sulkus belahan otak. (B) Infiltrasi perivaskular masif sel radang limfosit dan makrofag. HE 400x. (C) Negri bodies (panah) dalam sitoplasma dari intact neuron. HE 400x. (D) Bagian otak menunjukkan neuron yang mengalami degenerasi, dengan sel mononukleus dan edema. Negri bodies juga terlihat pada neuron yang mengalami degenerasi (panah) yang mengalami gliosis difus ringan. HE 200x.4

Mikroskopis
Sediaan jaringan dari otak tampak Negri bodies bentuk bulat hingga oval dengan intracytoplasmic, eosinophilic inclusions. Tampak juga perivascular chronic inflammation, microglial nodules and neuronophagia.2

Penanganan
Kasus Gigitan Hewan Penular Rabes (GHPR) harus segera ditangani. Jika ditangani setelah muncul gejala sering berakhir fatal dan menyebabkan kematian. Tata laksana GHPR: pencucian luka, pemberian antiseptik, pemberian vaksin anti rabies.1

Daftar Pustaka
1.Kementerian Kesehatan Indonesia, 2018. Situasi Rabies di Indonesia. Infodatin, ISSN 2442-7659.
2.Gyure KA, 2016. CNS nontumor Infection: Acute viral infections Rabies. Available at: http://www.pathologyoutlines.com/topic/cnsrabies.html?mobile=off
3.World Health Organization, 2019. Rabies. Available at: https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/rabies
4.Singh R, Singh KP, Cherian S, et al, 2017. Rabies –epidemiology, pathogenesis, public health concerns and advances indiagnosis and control: a comprehensive review. Veterinary Quarterly, 2017. Vol 37, No. 1, 212-251.

No comments:

Post a Comment