Rabies
merupakan penyakit zoonosis
disebabka ninfeksi virus rabies
yang dapat menyerang semua hewan berdarah panas dan manusia.1,2 Biasanya
menular ke manusia akibat gigtan hewan melalui saliva.2,3 Virus rabies tidak bisa menyusup/melewati
kulit dalam kondsi utuh (tanpa luka).1 Penyakit rabies endemik di semua benua, kecuali antartika.
Namun 95% kasus rabies dilaporkan dari benua Asia dan Afrika. Setiap tahun
lebih dari 29 juta orang di seluruh dunia mendapat vaksinasi setelah tergigit.3
Lebih kurang 60 ribu orang meninggal akibat rabies di dunia setiap tahunnya.2
Di Indonesia sebanyak 86 orang meninggal karena rabies pada tahun 2016.1
Tanda dan Gejala
Masa
inkubasi untuk rabies biasanya 2-3 bulan tetapi dapat bervariasi dari 1 minggu
hingga 1 tahun, tergantung pada faktor-faktor seperti lokasi masuknya virus dan
kemampuan virus menginfeksi. Gejala awal rabies termasuk demam dengan rasa
sakit dan kesemutan yang tidak biasa atau tidak jelas, menusuk, atau sensasi
terbakar (paraesthesia) di lokasi luka.3 Apabila sampai ke otak akan
menyebabkan penyakit saraf akut yang ditandai dengan hiperaktif, perilaku yang
tidak menyenangkan, halusinasi, hidrofobia (takut air) dan kadang-kadang
aerofobia (takut angin atau udara segar). Kematian terjadi setelah beberapa
hari karena henti jantung-pernapasan.2,3
Pemeriksaan
Patologi Anatomi
Makroskopis
Pada
banyak kasus, pada pemotongan jaringan otak dan sum-sum tulang dalam batas
normal.2
Gambar Pemotongan dan lesi histopatologis pada rabies. (A) Tampak bendungan pembuluh darah di sulkus belahan otak. (B) Infiltrasi perivaskular masif sel radang limfosit dan makrofag. HE 400x. (C) Negri bodies (panah) dalam sitoplasma dari intact neuron. HE 400x. (D) Bagian otak menunjukkan neuron yang mengalami degenerasi, dengan sel mononukleus dan edema. Negri bodies juga terlihat pada neuron yang mengalami degenerasi (panah) yang mengalami gliosis difus ringan. HE 200x.4
Mikroskopis
Sediaan
jaringan dari otak tampak Negri bodies bentuk bulat hingga oval dengan
intracytoplasmic, eosinophilic inclusions. Tampak juga perivascular chronic
inflammation, microglial nodules and neuronophagia.2
Penanganan
Kasus
Gigitan Hewan Penular Rabes (GHPR) harus segera ditangani. Jika ditangani
setelah muncul gejala sering berakhir fatal dan menyebabkan kematian. Tata
laksana GHPR: pencucian luka, pemberian antiseptik, pemberian vaksin anti
rabies.1
Daftar Pustaka
1.Kementerian
Kesehatan Indonesia, 2018. Situasi Rabies di Indonesia. Infodatin, ISSN
2442-7659.
2.Gyure
KA, 2016. CNS nontumor Infection: Acute viral infections Rabies. Available at: http://www.pathologyoutlines.com/topic/cnsrabies.html?mobile=off
3.World
Health Organization, 2019. Rabies. Available at: https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/rabies
4.Singh
R, Singh KP, Cherian S, et al, 2017. Rabies –epidemiology, pathogenesis, public
health concerns and advances indiagnosis and control: a comprehensive review.
Veterinary Quarterly, 2017. Vol 37, No. 1, 212-251.
No comments:
Post a Comment