Tuesday, October 29, 2019

Pemeriksaan Patologi Anatomi


Pendahuluan
Patologi berasal dari kata patos (penyakit) dan logos (ilmu), yaitu ilmu yang mempelajari tentang penyakit dan dimaksudkan untuk menjelaskan secara ilmiah penyebab dan asal suatu penyakit tersebut.1,2,3 Patologi adalah ilmu pengetahuan yang sangat luas mencakup dasar dan klinis.1 Ada dua pilar patologi: patologi manusia dan patologi dasar. Keduanya dibutuhkan untuk memahami sifat sebenarnya dari suatu penyakit.1 Patologi dimulai dengan advokasi patologi cairan tubuh oleh Hippocrates. Dalam prosesnya, bidang ilmu bakteriologi, virologi, parasitologi, dan kedokteran forensik telah berdiri sendiri, dan masing-masing memiliki pengembangan akademik sendiri.1



Gambar Hippocrates mengadvokasi patologi cairan tubuh.3


Patologi Anatomi
Patologi Anatomi merupakan keahlian khusus di bidang kedokteran yang membahas diagnosis penyakit berdasarkan pemotongan makroskopis, mikroskopis, imunologi dan molekuler dari spesimen jaringan dan organ tubuh.3 Secara garis besar dalam menegakkan diagnosis Patologi Anatomi di laboratorium dibagi menjadi dua jenis pemeriksaan, yakni pemeriksaan spesimen jaringan tubuh (histopatologi) dan cairan tubuh (sitologi).3 Dokter ahli patologi anatomi disebut Dokter Spesialis Patologi Anatomi yang mempunyai keahlian melihat dan menginterpretasikan gambaran mikroskopis jaringan tubuh.  


Gambar pemeriksaan mikroskopis.1



Histopatologi
Histopatologi mengacu pada pemeriksaan mikroskopis dari berbagai spesimen  jaringan tubuh. Secara khusus, ahli patologi melakukan pemeriksaan biopsi atau terhadap spesimen jaringan hasil operasi, kemudian spesimen jaringan diproses dan sediaan histopatologi ditempatkan pada slide kaca.4 Berbeda dengan metode sitopatologi, yang menggunakan sel-sel yang terlepas dari jaringan. Pemeriksaan histopatologi dimulai dengan operasi pembedahan, biopsi, atau otopsi. Jaringan dikeluarkan dari tubuh suatu organisme dan kemudian ditempatkan di dalam larutan fiksatif yang menstabilkan jaringan dan mencegah pembusukan. Larutan fiksatif yang paling sering digunakan adalah larutan formalin, tetapi pada pemeriksaan Fozen Section (potong beku) yang dilakukan pada saat operasi proses fiksasi agak sedikit berbeda.5 Untuk melihat jaringan di bawah mikroskop, terlebih dahulu harus dilakukan proses pewarnaan. Slide histopatologi kemudian diinterpretasikan secara diagnostik dan pada laporan hasil patologi dideskripsikan temuan histopatologi dan pendapat ahli patologi. Dalam kasus kanker, pemeriksaan histopatologi diperlukan untuk sebagian besar protokol penatalaksanaan.3



Gambar histologi kelenjar payudara.6



Sitologi
Sitologi ("sitopatologi") adalah cabang patologi yang mempelajari dan mendiagnosis penyakit pada tingkat sel. Biasanya digunakan untuk membantu dalam diagnosis kanker, tetapi juga membantu dalam diagnosis penyakit menular tertentu dan kondisi peradangan lainnya serta lesi tiroid, penyakit yang melibatkan rongga tubuh steril (peritoneal, pleural, dan serebrospinal), dan berbagai macam dari bagian tubuh lainnya. Sitopatologi umumnya digunakan pada sampel sel-sel yang terlepas dari jaringan (berbeda dengan histopatologi, yang mempelajari keseluruhan jaringan). Pada pemeriksaan sitopatologi kadang-kadang disebut sediaan apusan karena sampel dioleskan pada slide kaca, selanjutnya dilakukan proses pewarnaan dan pemeriksaan mikroskopis.3



Gambar sitologi Hodgkin Lymphoma.7



Daftar Pustaka
1.  Okayama University Graduate School of Biomedical Sciences, 2009. Pathology (Immunopathology / First pathology). Available at: https://www.okayama-u.ac.jp/user/byouri/pathology-1/Pathology.html
2. Shiel Jr WC. Medical Definition of Pathology. Available at: https://www.medicinenet.com/script/main/art.asp?articlekey=6387
3.      Wikipedia. Pathology. Available at: https://en.wikipedia.org/wiki/Pathology#Anatomical_pathology
4.  Carson, Freida L; Christa Hladik (2009). Histotechnology: A Self-Instructional Text (3rd ed.). Hong Kong: American Society for Clinical Pathology Press. p. 2. ISBN 978-0-89189-581-7.
5.   Wilson LB (1905). "A method for the rapid preparation of fresh tissues for the microscope". J Am Med Assoc. 45 (23): 1737. doi:10.1001/jama.1905.52510230037003c
6. Ihearthisto. Love in a mammary gland. Available at: https://www.ihearthisto.com/post/167380097112/love-in-a-mammary-gland-this
7. Wikimedia Commons, 2010. File:Hodgkin lymphoma cytology small.jpg. Available at: https://commons.wikimedia.org/wiki/File:Hodgkin_lymphoma_cytology_small.jpg


Wednesday, October 23, 2019

Hepatitis


Defenisi
Hepatitis merupakan peyakit pada hati yang ditandai dengan adanya proses peradangan, baik akut maupun kronis.1,2,3 Hepatitis dapat berkembang menjadi fibrosis (jaringan parut), sirosis atau kanker hati.2
Hepatitis disebabkan oleh berbagai faktor seperti infeksi virus, zat beracun (misalnya alcohol, obat-obatan tertentu) , dan penyakit autoimun. Penyebab paling umum adalah Virus Hepatitis B dan C.1,2,3

Gambaran Klinis
Hepatitis Akut
Gejala awal sangat tidak spesifik, seperti mual, nyeri seluruh tubuh, demam, muntah. Jaundis dan rasa tidak nyaman atau nyeri di perut relatif lebih spesifik sebagai gambaran klinis hepatitis, disertai juga penuunan nafsu makan dan choluria (urine pekat).1

Hepatitis Kronis
Sering tanpa gejala, terdeteksi secara kebetulan pada saat pemeriksaan laboratorium. Kerusakan berkepanjangan akibat hepatitis dapat menyebabkan sirosis dan portal hipertensi.1



Gambar jenis hepatitis yang disebabkan oleh virus.2



Pemeriksaan Patologi Anatomi
Makroskopis



Gambar pemotongan sirosis hati mikro nodular.4



Pada sirosis hati tampak gambaran mikro nodular atau makro nodular, konsistensi kenyal padat.1 Warna spesimen jaringan kehijauan (cholestasis) atau kekuningan (steotasis).5 Pada sampel mikro nodular tampak nodul-nodul kecil di seluruh permukaan dengan diameter rata-rata kurang dari 3 mm.4

Mikroskopis



Gambar acute viral hepatitis, tampak apoptotic cell.6



Sediaan jaringan dari hati tampak arsitektur lobular tidak beraturan. Tampak juga infiltrasi sel radang dalam sinusoid. Apoptotic cell mudah dijumpai.6



Gambar hepatitis kronis. Tampak infiltrasi sel radang mononukleus yang massif.6



Gambar Chronic hepatitis with interface hepatitis (arrow) (HE 200x).8



Gambar jenis morfologi acute and chronic viral hepatits.6



Contoh laporan Liver core biopsy: Chronic hepatitis with mild activity (grade 2, scale 0-4, Batts-Ludwig methodology) and periportal fibrosis with septae formation (stage 2, scale 0-4, Batts-Ludwig methodology), consistent with clinical history of chronic hepatitis C.7

Pengobatan dan pencegahan
Pengobatan sangat bergantung penyebab dan jenis hepatitis.7 Adapun langkah-langkah pencegahan yang dapat dilakukan antara lain; meningkatkan kewaspadaan terhadap semua jenis hepatitis dengan cara mencari segala informasi tentang hepatitis, vaksinasi terutama pada kasus hepatitis yang disebabkan oleh virus, pengendalian penyakit infeksi oleh pemerintah dan semua elemen masyarakat, menjaga kebersihan dan keamanan makanan.

Daftar Pustaka

1. Mannan R, Yuan S, 2019. Hepatitis. Available at: http://www.pathologyoutlines.com/topic/liverhepatitisgeneral.html
2.         Kementerian Kesehatan RI, 2018. Situasi Penyakit Hepatitis B di Indonesia tahun 2017. Infodatin.
3.        World Health Organization, 2019. What is hepatitis. Available at: https://www.who.int/features/qa/76/en/
4. Webpath. Micronodular cirrhosis of liver, gross [MRI]. Available at: https://webpath.med.utah.edu/LIVEHTML/LIVER011.html
5.        Dhingra S, Ward SC, Thung SN, 2016. Liver pathology of hepatitis C, beyond grading and staging of disease. World J Gastroenterol. 2016 Jan 28;22(4):1357-66.
6.    Kumar V, Abbas AK, Aster JC, 2013. Acute and chronic hepatitis in Liver, Gallbladder, and Biliary Tract Chapter 15 Robbins Basic Pathology. Elsevier;Philadelphia, p:611-3.
7.      March J, Evason KJ, 2019. Liver and intrahepatic bile ducts - nontumor Hepatitis (acute and chronic) Chronic hepatitis. Available at: https://www.pathologyoutlines.com/topic/liverchronichepgeneral.html
8.    Suriawinata AA, Thung SW, 2006. Acute and chronic hepatitis. Seminars in Diagnostic Pathology (2006) 23, 132-148. 

Monday, October 21, 2019

Penyakit Sindrom Down (Down Syndrome/Trisomy 21 Syndrome)


Pendahuluan
Sindrom Down merupakan kelainan genetik bawaan dari lahir, disebabkan oleh karena adanya kesalahan dalam pembelahan sel pada masa embrio (nondisjunction). Pada Sindrom Down terdapat salinan 3 kromosom 21 sehingga bayi memiliki 47 kromosom, tidak seperti anak normal yang lazimnya memiliki 46 kromosom.1

Angka kejadian cukup tinggi, yaitu 1 dari 660 kelahiran, sehingga menjadi kelainan bawaan yang paling sering dijumpai. Faktor resiko terjadinya Sindrom Down meningkat dengan menngkatnya usia ibu (pada usia 20 tahun 1:1000, usia 35 tahun 1:300, usia 40 tahun 1:95).2 

Pemeriksaan Fisik
Pada saat lahir, ciri-ciri fisik yang dapat dikenali antara lain: tonus otot rendah, profil wajah sedikit rata dan miring ke atas mata. Pada usia dewasa penyandang Sindrom Down kemungkinan terserang penyakit Alzhimer (kehilangan sebagian besar memori) lebih besar 25% dibandingkan dewasa normal yang hanya 6%.1,3


Gambar wajah pennyandang Sindrom Down.

Pemeriksaan Patologi Anatomi

Mikroskopis 

Gambar Hassall’s corpuscles.

Ada beberapa gambaran mikroskopis yang khas pada sindrom Down. Salah satu yang terlihat sediaan jaringan dari timus adalah kista Hassall yang membesar. Limfosit depletion yang tampak mewakili sel-T depletion yang mengarah pada defisiensi imun yang mungkin muncul dengan sindrom Down.

Gambar analisis kromosom kariotipe 47, XY, +21 yang khas untuk sindrom Down.

Pengobatan

Sampai saat ini belum ditemukan metode pengobatan yang paling efektif untuk mengatasi kelainan Sindrom Down. Pada tahap perkembangannya penderita Sindrom Down juga dapat mengalami kemunduran dari sistem penglihatan, pendengaran maupun kemampuan fisiknya mengingat tonus otot yang lemah. Dengan demikian penderita harus mendapatkan dukungan maupun informasi yang cukup, serta kemudahan dalam menggunakan sarana atau fasilitas yang sesuai berkaitan dengan kemunduran perkembangan baik fisik maupun mentalnya.1

Daftar Pustaka
1.    Kementerian Kesehatan RI, 2019. Sindrom Down. Infodatin
2.    Puscasiu E, 2019. Syndromes Chromosomal anomalies Trisomy 21. Available at: https://www.pathologyoutlines.com/topic/syndromestrisomy21.html
3.    WHO, 2019. Down Syndrome. Available at: https://www.who.int/genomics/public/geneticdiseases/en/index1.html
4.    Wikimedia Commons, 2012. File:Down syndrome lg.jpg. Available at: https://commons.wikimedia.org/wiki/File:Down_syndrome_lg.jpg
5.    Webpath, 2019. Hassall’s corpuscles. Available at: https://webpath.med.utah.edu/TUTORIAL/PRENATAL/PREN046.html

Friday, October 18, 2019

Gout (Asam Urat)


Defenisi
Serangan radang sendi mendadak  yang diawali proses penumpukan kristalisasi asam urat dan sel radang netrofil diikuti radang sendi kronik ditandai dengan adanya pembengkakan (tofus) di persendian dan nyeri hebat.1 Angka kejadian lebih kurang 2-5% dari seluruh penyakit persendian kronik.1 Sekitar 50% kasus  terjadi pada persendian telapak kaki, tumit, lutut, pergelengan, jari dan siku.1

Gambaran Klinis
Lebih sering dijumpai pada pria.1 Dapat juga terjadi pada wanita, terutama yang berusia tua.2 Faktor resiko terjadinya asam urat berhubungan dengan riwayat keluarga menderita asam urat, minum alkohol, obesitas dan lainnya.1

Pemeriksaan Patologi Anatomi
Makroskopis

Gambar kaki asam urat .3

Gambar spesimen jaringan asam urat.4

Pada pemotongan tampak deposit putih di sekitar sendi interphalangeal distal dikelilingi jaringan lunak di kulit.4 Deposit putih memberikan gambaran seperi kapur tulis.1

Mikroskopis
Gambar mikroskopis asam urat.1

Sediaan jaringan tampak deposit gout di jaringan ikat, ligament dan kulit. Deposit gout dikelilingi jaringan ikat fibrous, hiistiosit dan giant cell. Tampak juga sel radang PMN dan limfosit.1

Pengobatan
Pada umumnya obat-obatan yang digunakan adalah obat anti inflamasi non steroid (NSAID), kolsikin ataupun kortikosteroid. Obat-obatan ini akan mengurangi peradangan dan rasa nyeri yang diakibatkan oleh asam urat.3

Daftar Pustaka 
1. Shankar V, 2019. Joints Noninfective arthritis Gout and goity arthritis. Available at: https://www.pathologyoutlines.com/topic/jointsgout.html

2.    Dirken-Heukensfeldt KJ, Teunissen TA, van de Lisdonk H, Lagro-Janssen AL, 2010. "Clinical features of women with gout arthritis." A systematic review. Clin Rheumatol. 2010 Jun;29(6):575-82.

3. McIntosh J, 2017. Everything You need to know about gout. Available at: https://www.medicalnewstoday.com/articles/144827.php
4. Pathorama, 2008. Gouty Arthritis. Available at: https://alf3.urz.unibas.ch/pathopic/e/getpic-fra.cfm?id=9526

Thursday, October 17, 2019

Rabies

Pendahuluan
Rabies merupakan penyakit zoonosis  disebabka ninfeksi  virus rabies yang dapat menyerang semua hewan berdarah panas dan manusia.1,2 Biasanya menular ke manusia akibat gigtan hewan melalui saliva.2,3  Virus rabies tidak bisa menyusup/melewati kulit dalam kondsi utuh (tanpa luka).1 Penyakit rabies endemik di semua benua, kecuali antartika. Namun 95% kasus rabies dilaporkan dari benua Asia dan Afrika. Setiap tahun lebih dari 29 juta orang di seluruh dunia mendapat vaksinasi setelah tergigit.3 Lebih kurang 60 ribu orang meninggal akibat rabies di dunia setiap tahunnya.2 Di Indonesia sebanyak 86 orang meninggal karena rabies pada tahun 2016.1

Tanda dan Gejala
Masa inkubasi untuk rabies biasanya 2-3 bulan tetapi dapat bervariasi dari 1 minggu hingga 1 tahun, tergantung pada faktor-faktor seperti lokasi masuknya virus dan kemampuan virus menginfeksi. Gejala awal rabies termasuk demam dengan rasa sakit dan kesemutan yang tidak biasa atau tidak jelas, menusuk, atau sensasi terbakar (paraesthesia) di lokasi luka.3 Apabila sampai ke otak akan menyebabkan penyakit saraf akut yang ditandai dengan hiperaktif, perilaku yang tidak menyenangkan, halusinasi, hidrofobia (takut air) dan kadang-kadang aerofobia (takut angin atau udara segar). Kematian terjadi setelah beberapa hari karena henti jantung-pernapasan.2,3

Pemeriksaan Patologi Anatomi
Makroskopis
Pada banyak kasus, pada pemotongan jaringan otak dan sum-sum tulang dalam batas normal.2

Gambar Pemotongan dan lesi histopatologis pada rabies. (A) Tampak bendungan pembuluh darah di sulkus belahan otak. (B) Infiltrasi perivaskular masif sel radang limfosit dan makrofag. HE 400x. (C) Negri bodies (panah) dalam sitoplasma dari intact neuron. HE 400x. (D) Bagian otak menunjukkan neuron yang mengalami degenerasi, dengan sel mononukleus dan edema. Negri bodies juga terlihat pada neuron yang mengalami degenerasi (panah) yang mengalami gliosis difus ringan. HE 200x.4

Mikroskopis
Sediaan jaringan dari otak tampak Negri bodies bentuk bulat hingga oval dengan intracytoplasmic, eosinophilic inclusions. Tampak juga perivascular chronic inflammation, microglial nodules and neuronophagia.2

Penanganan
Kasus Gigitan Hewan Penular Rabes (GHPR) harus segera ditangani. Jika ditangani setelah muncul gejala sering berakhir fatal dan menyebabkan kematian. Tata laksana GHPR: pencucian luka, pemberian antiseptik, pemberian vaksin anti rabies.1

Daftar Pustaka
1.Kementerian Kesehatan Indonesia, 2018. Situasi Rabies di Indonesia. Infodatin, ISSN 2442-7659.
2.Gyure KA, 2016. CNS nontumor Infection: Acute viral infections Rabies. Available at: http://www.pathologyoutlines.com/topic/cnsrabies.html?mobile=off
3.World Health Organization, 2019. Rabies. Available at: https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/rabies
4.Singh R, Singh KP, Cherian S, et al, 2017. Rabies –epidemiology, pathogenesis, public health concerns and advances indiagnosis and control: a comprehensive review. Veterinary Quarterly, 2017. Vol 37, No. 1, 212-251.

Wednesday, October 16, 2019

Lepra [Kusta]

Defenisi
Lepra atau kusta dikenal juga sebagai Morbus Hansen, sesuai dengan nama sang penemu. Kusta adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi Mycobacterium leprae. Kusta dapat menyerang berbagai bagian tubuh seperti saraf dan kulit.1,2

Epidemiologi
Jumlah kasus baru lepra di dunia pada tahun 2015 diperkirakan 210.758. Regional Asia Tenggara menyumbang kasus baru lepra terbanyak (156.118). Penemuan kasus baru di Indonesia selama tahun 2006-2015 dperkirakan 17.202 kasus.3

Gambaran Klinis
Mycobacterium leprae merupakan organisme gram positif dan bersifat tahan asam.2,1 Penyakit ini menular melalui kontak langsung dengan penderita secara intens dan berulang-ulang.2 Masa inkubasi biasanya 3-5 tahun.2 Setelah 5 tahun mulai tampak gejala bercak putih di kulit, kemerahan, bagian anggota tubuh mati rasa hingga tidak berfungsi.


Gambar tangan penderita kusta.

Pemeriksaan Patologi Anatomi

Mikroskopis 

Gambar spectrum  Lepra.

Tipe histopatologis Lepra berdasarkan klasifikasi Ridley-Jopling pada panel atas. Infiltrat granulomatosa epiteloid dengan struktur masih sangat baik terlihat pada lesi polar tuberculoid (TT), semakin tidak terorganisir dalam setiap skala peningkatan  secara berturut-turut — borderline tuberculoid (BT), mid-borderline (BB), dan borderline lepromatous (BL) —sampai menjadi sepenuhnya agregat tidak teratur, histiosit berbusa, dengan hanya limfosit pada sesetempat, pada lesi polar lepromatous (LL). Pencarian lebih dari 50 lapangan pandang pada panel bawah diperlukan untuk menemukan hanya dua organisme pada saraf kulit sampel TT. Lebih  sulit lagi ditemukan pada lesi BT. (HE, 1000 ×)5

Tuberculoid leprosy: histiosit epiteloid mengelilingi saraf kulit; Sel Langerhans dapat terlihat tetapi tanpa nekrosis; dapat menyerang otot pilorum arrectores; basil biasanya jarang dijumpai. Lepromatous leprosy: makrofag (sel-sel Virchow, lepra) ditemukan terbatas di dermis, dengan sedikit / tidak ada limfosit; makrofag memanjang dengan kelompok besar basil leprosy (globi); bakteri dijumpai dalam jumlah besar di saraf kulit dan di endotelium pembuluh kecil dan besar; dapat menyerang otot pilorum arrectores; mungkin memiliki nodul subkutan (eritema nodosum leprorum). Borderline leprosy: fibrosis perineural lamelar atau pola kulit bawang; respons granulomatosa lebih terbatas, lebih banyak limfosit dan hubungan yang lebih dekat dengan saraf. Intermediate leprosy: infiltrat limfohistiositik pada dermis dalam dan superfisial; peningkatan sel mast. Histiocytoid leprosy: proliferasi sel spindle dengan pola storiform yang menyerupai fibrous histiocytoma.2

Pengobatan
Pengobatan kepada penderita kusta adalah salah satu upaya pemutusan mata rantai penularan yang dapat dilakukan melalui pengobatan Multi Drug Therapy (MDT; kombinasi Rifampisin, Clofazimin dan Dapson) dan vaksinasi BCG. Tujuan pengobatan MDT adalah: memutuskan mata rantai penularan, mencegah resistensi obat, memperpendek masa pengobatan.1

Daftar Pustaka
1.   Kementerian Kesehatan RI, 2018. Hapuskan Stigma dan Diskriminasi Terhadap Kusta. Infodatin.
2.   Hamodat M, 2019. Leprosy. Available at: http://www.pathologyoutlines.com/topic/skinnontumorleprosy.html
3.  World Health Organization, 2016. Weekly Epidemiological Record. No. 35, 2016, 91, 405-420.
4.  Wikimedia Commons, 2013. File:Leprosy deformities hands.jpg. Available at: https://commons.wikimedia.org/wiki/File:Leprosy_deformities_hands.jpg 
5. Scollard DM. Pathogenesis and Pathology of Leprosy. Available at: https://internationaltextbookofleprosy.org/chapter/pathology

Tuesday, October 15, 2019

Limfoma Burkitt


Pendahuluan
Limfoma merupakan istilah umum untuk berbagai tipe kanker darah yang muncul dalam system limfatik, yang menyebabkan pembesaran kelenjar getah bening.1  Limfoma Burkitt adalah salah satu tipe limfoma non hodgkin yang sangat agresif, perkembangannya sangat cepat dari seluruh tipe limfoma lain, dan biasanya berlokasi pada ekstra nodal yaitu di luar sistem limfatik.2
Klasifikasi World Health Organization (WHO) membagi limfoma Burkitt ke dalam 3 varian klinis yaitu : endemik, sporadik (non endemik) dan yang berhubungan dengan imunodifisiensi, berdasarkan gambaran klinis  dan subtipe genetik dari penyakit ini.2,3,4 Endemik: sering di daerah tropis Afrika, melibatkan rahang atau perut, 95% positif EBV.5 Sporadis: terlihat di seluruh dunia, terutama pada dewasa muda dan anak-anak (usia rata-rata 30 tahun); berhubungan erat dengan EBV di Brasil.6 Terkait dengan defisiensi imun: pada orang dewasa, seringkali HIV +; melibatkan ileum bagian distal, sekum, mesenterium.
Limfoma Burkitt paling sering dijumpai pada anak-anak. Pada orang dewasa dilaporkan berhubungan dengan imunodefisiensi. Pada beberapa pasien dengan infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV), Limfoma Burkitt mungkin merupakan pertanda awal penyakit Aqcuired Immun Deficiency Syndrome (AIDS). African Limfoma Burkitt merupakan limfoma Burkitt yang banyak dijumpai pada daerah endemik malaria, dimana imunosupresi berhubungan dengan resiko tinggi mendapatkan limfoma burkitt pada pasien yang tinggal di daerah endemik malaria.4,7

Gejala Klinis
Gejala umum yang dirasakan oleh pasien  maupun yang dapat dilihat oleh dokter antara lain: pembesaran kelenjar getah bening, demam berulang, penurunan berat badan, kelelahan terus menerus, pembesaran amandel, sakit kepala.1 Hampir 15%-30% kasus melibatkan sum-sum tulang.



Gambar pasien anak Afrika 8


Pemeriksaan Patologi Anatomi
Agar pasien mendapatkan perawatan yang tepat, maka dibutuhkan pula diagnosis yang tepat. Dokter akan melakukan pemeriksaan histopatologi kelenjar getah bening.

Makroskopis 


Gambar makroskopis jaringan tumor 

Jaringan berwarna coklat keabuan, konsistensi kenyal padat, permukaan tidak rata. Pada pemotongan lamellar tampak massa warna kuning kecoklatan. Sediaan jaringan diproses untuk pemeriksaan histopatologi.


Mikroskopis 

Gambar Starry sky pattern, HE 100x 

Gambar Makrofag yang membentuk starry sky, HE 400x 

Pada pemeriksaan histopatologi tampak massa tumor yang terdiri dari sel-sel limfoid dengan bentuk yang homogen. Inti bulat, kromatin vesikuler dan sitoplasma yang basofilik. Tidak tampak “germinal centre”. Diantara sel-sel limfoid tersebut tampak sel-sel makrofag membentuk gambaran “starry sky”.


Pengobatan
Pada limfoma Burkitt endemik dan sporadik, tumor ini sangat agresif, tetapi potensial untuk disembuhkan. Pengobatan sebaiknya secepat mungkin. Limfoma Burkitt endemik sangat sensitif terhadap polikemoterapi. Dengan rejimen kemoterapi kombinasi intensif angka kesembuhan diatas 90% pada pasien dengan penyakit stadium dini dan 60-80% pada pasien lanjut. Hasil ini lebih baik pada anak-anak dibandingkan orang dewasa. Walaupun pasien dengan stadium lanjut, termasuk dengan keterlibatan sumsum tulang dan Central Nerves System (CNS), dapat disembuhkan dengan program pengobatan dosis tinggi. Kekambuhan, jika terjadi, biasanya dijumpai pada tahun pertama setelah diagnosa. Pasien dengan tidak adanya kekambuhan setelah dua tahun dapat dianggap sembuh.2
 
Daftar Pustaka
1.      Infodatin, 2015. Data dan Kondisi Penyakit Limfoma di Indonesia. Kementerian Kesehatan RI.
2.      Elaine JS, Nancy HL, Harald S, James VW, 2001. Pathology and Genetics. Tumours of Haematopoietic and Lymphoid Tissues. World Health Organization Classification of Tumours. IARC Press. Lyon. France.
3.      Bellan C, Lazzi S, DeFalco G, Nyongo A, Giordano A, Leoncini L, 2003. Burkitt’s lymphoma: new insights into molecular pathogenesis. Journal of Clinical Pathology. 56(3):188-192.
4.      George CP, Andrew LT, Bryan Y, 2006. The Lymphomas. Second Edition. Elsevier Inc. Philadelphia. Pennsylvania.
5.      Fujita S, Buziba N, Kumatori A, et al, 2004. Early stage of Epstein-Barr virus lytic infection leading to the "starry sky" pattern formation in endemic Burkitt lymphoma. Arch Pathol Lab Med. 2004 May;128(5):549-52.
6.      Queiroga EM, Gualco G, Weiss LM, 2008. Burkitt lymphoma in Brazil is characterized by geographically distinct clinicopathologic features. Am J Clin Pathol. 2008 Dec;130(6):946-56.
7.      Koss G. Leopold. Koss’s Diagnostic Cytology and Its Histopathologic Bases. Volume II. Fifth Edition. Lippincot Williams & Wilkins. 
8. Wikimedia Commons, 2002. File: Large facial Burkitt's Lymphoma.JPG. Available  at: https://en.wikipedia.org/wiki/File:Large_facial_Burkitt%27s_Lymphoma.JPG#filelinks